Rabu, 07 Agustus 2013

Potret Kecil Hulu Jangkok




Oleh
Leolistari

(Penulis adalah Alumni Kehutanan Universitas Mataram Tahun Lulusan 2011 dan sejak 2013 melanjutkan Sekolah Pascasarjana di Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mastaram) 


Saat ini kita dihadapi oleh berbagai permasalahan lingkungan yang kian hari kian kompleks. Dari berbagai permasalahan tersebut yang cukup menjadi sorotan adalah terganggunya sumberdaya hutan sebagai catchman area (daerah tangkapan air). Baik yang diakibatkan oleh perambahan hutan, aktivitas illegal logging, aktivitas penduduk sepanjang bantaran sungai dan juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengurangi pencemaran aliran sungai dengan tidak membuang sampah. Aktivitas masyarakat yang sedimikian rupa, diyakini telah turut berkontribusi dalam kerusakan lingkungan terutama DAS (daerah aliran sungai). Hal ini juga terjadi di hulu DAS Jangkok.

Menurut data dari Dinas Kehutanan Provinsi NTB laju kerusakan hutan dan lahan di NTB mencapai angka sekitar 47 persen dari 1.071.722 hektar luas total kawasan hutan. Kondisi ini telah berpengaruh nyata pada ketersediaan dan kualitas air. Menurut Laporan WWF (2012) Indeks Ketersediaan Air (IKA) Pulau Lombok mencapai 110 persen dan masuk dalam golongan ‘sangat kritis’ dengan kualitas air berada pada kategori tercemar ringan hingga berat. Kerusakan hutan pun makin diperkuat oleh lemahnya kapasitas masyarakat dalam hal akses terhadap sumberdaya penghidupan produktif, seperti : pemilikan lahan yang sempit (rata-rata 0.25 hektar/KK); rendahnya pendapatan dari usaha tani; dan kurangnya keterampilan berusaha di luar sektor pertanian. Karena itu, intervensi terhadap sumberdaya hutan menjadi tak terhindarkan.

Namun kondisi tersebut ternyata tidak mampu menjawab masalah kemiskinan di daerah ini. Saat ini saja, terdapat sekitar 40 persen dari penduduk miskin di NTB (894.770 jiwa) berada di kawasan hutan. Hal ini kemudian berdampak pada tingginya ketergantungan masyarakat miskin terhadap kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan pada gilirannya akan menurunkan potensi sumberdaya hayati (Konsepsi, 2013).

DAS Jangkok pada kondisi existing debit sungai sebesar 200,32 juta m3 dengan jumlah penduduk 108.606 jiwa, maka IKA sebesar 1.884 m3/kapita/tahun (kurang). Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,8%/tahun maka jumlah penduduk pada tahun 2020 akan mencapai 136.954 jiwa. Sehingga apabila debit sungai eksisting tetap sebesar 200,32 juta m3 maka IKA pada tahun 2020 mencapai 1.463 m3/kapita/tahun (kurang) (WWF, 2008).

Melihat kondisi diatas, maka diperlukan upaya serius untuk meningkatkan debit sungai pada kondisi luasan hutan optimal. Tentunya dengan kualitas dan kontiyuitas dalam mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan kondisi diatas, maka penting untuk melakukan kajian untuk memotret pengelolaan DAS di hulu DAS Jangkok terutama oleh masyarakat yang berada di sekitar hutan Sesaot yang merupakan hulu dari DAS ini.

Alur untuk menggambarkan kondisi hulu DAS Jangkok secara terstruktur, berdasarkan isu terkini DAS di Provinsi NTB idelanya adalah seperti gambar di bawah ini:
Tulisan ini berdasarkan gambar diatas hanya mengulas mengenai kondisi hulu DAS Jangkok di lihat peranannya sebagai daerah tangkapan mengingat keterbatasan waktu sehingga bagi pembaca yang tertarik untuk lebih mendalami isu ini sangat dianjurkan.

Kita ketahui bersama, bahwa hulu DAS Jangkok merupakan kawasan hutan lindung Sesaot yang memiliki luas mencapai 5.950 hektar, terletak di bagian barat (barat daya) Gunung Rinjani dan merupakan daerah tangkapan air dari DAS ini. Kawasan ini mempunyai fungsi Hidrologi dan air permukaan yang ada sangat penting bagi masyarakat Lombok Barat dan Lombok Tengah bagian selatan, terlebih Kota Mataram. Baik untuk kebutuhan irigasi dan rumah tangga. Lebih dari 44 mata air dapat dijumpai di hutan lindung Sesaot yang mengalir  pada beberapa sungai (Kali JangkokEat Kumbi, Kali Timbesar, Kali SesaotKali Betuang dan Kali Binsua) hingga mengalir pada tiga sungai besar ke bagian hilir. Beberapa mata air besar yang menjadi sumber kehidupan adalah Ranget, Pengkukun, Sesaot, Aik Nyet, Pengkoak dan Orong Petung.

Kondisi umum vegetasi hutan lindung Sesaot, khusunya pada areal hutan buatan sebagian besar sudah ditumbuhi dengan tanaman Kopi yang hasilnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Penduduk yang tinggal di sekitar kawasan lindung Sesaot cukup besar dan terbesar di 4 desa (Sedau, Lebah Sempaga,, Sesaot dan Batu Kumbung). Dari empat Desa, ada 12 Dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung dan jumlah penduduknya kurang lebih mencapai 3.957 KK.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terbatasnya  lahan hutan sebagai sumber mata pencaharian. Akan menyebabkan tekanan terhadap sumber daya hutan lindung Sesaot, terutama hasil hutan kayu. Khususnya  komoditi kayu bakar, sudah 35 tahun masyarakat memanfaatkan  untuk tujuan kebutuhan rumah tangga dan perdagangan. Hasil bersama masyarakat Sesaot, menghasilkan data bahwa  jumlah kayu bakar yang diambil dari kawasan hutan lindung Sesaot mencapai 25 m2 setiap harinya (LP3ES, 1997 dalam Takwim dan Tuarita, 2012).. Di tahun 2007, sehari 50 m3 kayu illegal keluar dari hutan Sesaot. Angka tersebut semakin besar jika menghitung kayu balok yang ditebang dan berlangsung secara illegal di hitung. Keadaan tersebut dalam konteks pemanfaatan hutan lindung Sesaot yang tidak terkendali, pada akhirnya  memberikan impilakasi  terhadap masalah kelestarian fungsi hutan lindung Sesaot dan sumberdaya air, baik masa sekarang dan akan datang
Saat ini, seluruh lahan didalam kawasan hutan lindung Sesaot yang sudah dimanfaatkan masyarakat (73%) sejak tahun 1951-2013 yang luasnya mencapai 3.672 ha. Artinya yang masih tersisa kurang dari 50% dari total luasan hutan Sesaot. Sehingga diperlukan upaya optimal agar kepentingan hidrologi, keanekaragaman hayati dan konservasi dapat terjamin. Tanggung jawab pelestarian secara menyeluruh melalui  pendekatan kawasan harus juga diakomodir. Karena faktanya masih, banyak lahan hutan yang dibuka secara illegal dan sulit dikontrol  baik oleh kelompok pengelola hutan maupun Dinas Kehutanan.
Hal ini telah berdampak pada banyaknya permasalahan yang timbul. Antara lain penurunan debit air sungai dari 1,92 m3/detik pada tahun 1998 menjadi 0,95 m3/detik di tahun 2007 atau sekitar 5.6%/tahun. Menurut laporan WWF (2008) kerusakan penutupan lahan telah mempengaruhi peningkatan aliran air permukaan tahunan (8,7%/tahun) dengan tingkat polusi sedang hingga parah dari polutan industri dan rumah tangga, limbah pertanian dan perikanan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air (-1,178.45 Mm3/tahun) di Lombok.
Untuk dapat menjawab permasalahan DAS Jangkok di bagian hulu maka beberapa upaya-upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan (1) Meningkatkan penghidupan masyarakat, khususnya di wilayah hulu (2) Akses masyarakat terhadap pengelolaan lahan di wilayah kawasan hutan lindung (3) Alternatif energi (bahan bakar) untuk rumah tangga dan industri rumah tangga (4) Perbaikan mekanisme jasa lingkungan untuk mendukung masyarakat dalam pengelolaan hutan dan DAS (5) Perlu diupayakan pengelolaan DAS secara terpadu.
Dari tulisan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
(1) Diindikasikan telah terjadi kerusakan di hulu DAS Jangkok yang dapat mengganggu fungsi hidrologi dan kelestarian hutan.
(2) Tekanan masyarakat terhadap keberadaan hutan di hulu DAS Jangkok sulit untuk dihindari sehingga diperlukan kebijakan yang dapat mengakomodir masyarakat.
(3) Di perlukan upaya-upaya nyata semua pihak dalam mempertahankan fungsi DAS baik untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Konsepsi. 2013. Studi Kelembagaan HKm di Kawasan Hutan Lindung Batukliang Utara- Kabupaten Lombok Tengah. Konsepsi bekerjasama dengan KOICA.
Takwim, A., Turita, A. 2012. Profil Hutan Kemasyarakatan Sesaot dan Santong. Konsepsi. NTB

WWF. 2008. Studi Analisis Hidrologis dan Perubahan Tutupan Lahan (land use land cover change) Kawasan Gunung Rinjani, Lombok. WWF bekerjasama dengan Pemda NTB, BPK Mataram, BPDAS Dodokan Moyosari.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Jangan Lupa di Like Ya Sobat

×

About

Jangan Lupa di Like Ya Sobat

×